Ternyata Hefei bukan saja merupakan sebuah kota provinsi yang bersejarah di mata Tiongkok. Dalam perkembangannya, banyak upaya – baik dukungan dari pemerintah, hingga inisiatif publik – untuk memajukan unsur-unsur ekonomi yang berbasis teknologi di kota ini.
Sebagai tuan rumah, kota Hefei mengajak rombongan berbagai media dari negara ASEAN untuk melihat langsung beberapa contoh, yang dengan sistematis telah berintegrasi dalam jaringan nasional, bahkan hingga tingkat internasional. Kalau dunia teknologi umumnya mengenal inkubator sebagai 'kawah Candradimuka' bagi pembentukan aplikasi dan teknologi berbasis informasi; maka pendekatan sebagai inkubator juga dilakukan di Hefei dengan bioteknologi. Sebuah laboratorium riset bernama Sinobioway bertujuan mengembangkan potensi ini. Seakan-akan menekankan unsur riset dan teknologi, maka fasilitas yang terletak di Hefei Bantang Bioeconomy Experiment Zone ini dikelilingi lampu penerangan berbentuk double-helixkhas bentuk DNA.
Rombongan kami berkesempatan mengunjungi sebagian fasilitas pengembangannya; dan yang paling menonjol adalah riset sel punca guna mengobati kanker pankreatik. Begitu menariknya riset mereka hingga Baylor Universitydari Amerika Serikat mengadakan kunjungan kerja guna mempelajari metode yang dikembangkan. Diluar itu, riset dan pengembangan pada produk farmasi, benih unggul dan lainnya terus diperluas. Sebagai bagian dari sistem riset Universitas Peking (PKU), zona eksperimen Hefei Bantang ini adalah hanya satu dari enam fasilitas serupa yang tersebar di Tiongkok.
Kebutuhan teknologi tidak terbatas pada hal yang terkait kebutuhan primer seperti pangan atau kesehatan, namun sudah mengantisipasi di provinsi ini, dengan kebutuhan sekunder atau teknologi. Dapat diibaratkan seperti Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi kita di Indonesia, di Hefei terdapat The Institute of Advanced Technology of University of Science and Technology of China, yang merupakan pusat riset teknologi. Dari pembuatan pesawat nirawak (drone), sistem penyimpanan data menggunakan jaringan cloud computing, teknologi cetak tiga dimensi, hingga aplikasi praktis seperti pembuatan tablet/gadget yang sekaligus proyektor dalam versi compactdan mudah dibawa.
Dalam hal kerjasama teknologi pun, banyak pihak dari luar telah dilibatkan; selain itu dukungan penuh dari pihak pembuat kebijakan berjalan baik. Hal tersebut dapat dicermati dari himbauan dan ajakan Wu Cunrong, selaku Anggota Komite dari Partai Komunis Tiongkok untuk Provinsi Anhui merangkap Sekretaris Partai di Hefei. Dalam kesempatan terpisah dari kunjungan media-media negara ASEAN, Wu menekankan adanya kehadiran sumber daya manusia dan fasilitas di kota Hefei berbasis teknologi. Sebanyak 55 persen dari output industri di wilayahnya adalah usaha yang berbasis teknologi tinggi. Khususnya terdapat kemampuan dalam bidang rekayasa, mesin serta industri kimia yang terus hendak dikembangkan. Menurut Wu, hubungan antar masyarakat dari negara ASEAN dan Tiongkok akan memperdalam hubungan antara Hefei dengan kota-kota lain di negara anggota ASEAN. Dengan lebih dari 3000 penanaman modal asing pun, Hefei tetap menjalani kebijakan One Belt One Roadyang turut mengintegrasikan komponen Jalur Sutra Maritim, yang juga didengungkan dalam kerjasama di Indonesia khususnya dalam berbagai kesempatan pertemuan antara kedua negara.Menanggapi berbagai ajakan dari Anhui, Kepala Delegasi Media ASEAN, Wakil Kepala Radio Negara Kamboja,Bou Vannarith terkesan dengan beragamnya fasilitas riset, baik teknologi tinggi maupun pertanian. Ekspektasinya ketika hendak berkunjung berbeda jauh dengan kenyataan yang dia temui, oleh karena dari yang sebelumnya dikenal, Hefei lebih sebagai sebuah kota kuno yang bersejarah. Tanpa mengurangi minat akan potensi pariwisata yang sudah berkembang, Vannarith kembali mengajak provinsi Anhui untuk menjalin hubungan-hubungan baru di berbagai wilayah ASEAN, khususnya di negaranya sendiri.
Ternyata, provinsi yang juga menghasilkan sosok seperti Bao Zheng, pejabat yang sangat jujur di abad ke 10 M, ataupun seorang tokoh pembaharu seperti Li Hongzhang yang mengawal peralihan ke era modern Tiongkok di ujung abad ke 19, juga kembali berupaya membuat pembaharuan sendiri, hingga makin relevan di abad yang berbasis teknologi tinggi ini.
Catatan: penulis mendapat undangan dari China Radio Internasional serta Pemerintahan Provinsi Anhui untuk mengunjungi potensi ekonomi dan pariwisata dari daerah tersebut di Tiongkok. Opini yang dituangkan disini adalah milik penulis sendiri.
China Radio International, 2015-08-12, http://indonesian.cri.cn/201/2015/08/12/1s157056.htm